SEPAHIT RAINBOW CAKE






Semesta telah menunjukan warna jingganya, kurasakan angin lembut sedang bermain-main bahagia. Dibawah senja ku mengayuh kedua kakiku pelahan melaju ke arah toko kue. Kurebahkan diriku dikursi kayu. Kupesan cake favoriteku Macaroon dengan secangkir cappucino. Aku sendirian, ya sendirian sedikit melamun dengan pandangan yang kosong, aku menatap cahaya yang sedikit demi sedikit mulai menghilang dari pandanganku, cahaya itu tergantikan oleh indahnya rembulan malam, kulihat lalu lalang orang-orang didepanku yang sedang menggenggam ponselnya masing-masing, mereka begitu terlihat bahagia dengan dunia khayalannya.

Pesananku datang, 6 macaroon warna-warni yang indah ini bak pelangi yang datang ditengah gelapnya malam, lalu ku santap perlahan macaroon dan menyesap cappucino, ah ini surga dunia! Begitu manisnya perpaduan cake dan minuman ini.

“saya pesan 1 cappucino tanpa rasa manis dan rainbow cake tanpa rasa manis”

Tiba-tiba aku tersentak mendengar suara aneh yang menyentuh gendang telingaku, kutolehkan kepalaku ternyata seorang wanita yang memesan makanan dan minuman tanpa rasa manis.

“apa-apaan ini aneh sekali wanita itu” gumamku

Akupun penasaran lalu ingin menanyakan “kenapa tanpa rasa manis? Padahal rasa manis itu memiliki daya tarik tersendiri, banyak sekali orang yang mengaguminya, tetapi kenapa wanita itu tidak?”.

Ketika aku melangahkan kakiku menuju wanita itu, pesanan wanita itu sudah datang, dan wanita itu melajukan kakinya pergi dari toko ini.

“ah sudahlah, mungkin ia tak mengaggumi rasa manis hanya karena ia takut menjadikan badannya dengan tumpukan-tumpukan lemak ha..ha..ha” gumamku.

Hari sudah larut malam aku segera balik kanan meninggalkan toko kue ini.

***

Sore ini awan tampak pucat sekali, ia lelah, dan menampakan wajah muram yang memenuhi langit sehingga senja yang kutunggupun tak akan datang. Udarapun menjadi dingin, kudengar alunan-alunan dedaunan, angin yang sedang menari-nari, mengisyaratkan bahwa rintik hujan akan segera turun. Aku segera bergegas masuk kedalam toko kue. Memesan cake macaroon, kulirik jendela hujanpun turun dengan begitu derasnya, lalu kupesan hot chocholate.

“saya pesan 1 cappucino tanpa rasa manis dan rainbow cake tanpa rasa manis”

Ah suara itu lagi mengganggu telingaku, kutolehkan kepalaku, ternyata wanita yang kulihat kemarin sore itu lagi. Kali ini takkan ku biarkan wanita itu melangkahkan kakinya meninggalkan toko ini.

Wanita itu seperti mencari tempat untuk singgah dan...


Nona : “Maaf tuan, apakah kursi ini tidak berpenghuni?”

Tuan : “oh tidak nona, duduklah”

Nona : “terimakasih”

Tuan: “kembalikasih”

Tanpa basa basi langsung saja kutanyakan padanya

Tuan : “apakah benar, nona ini yang memesan cappucino dan rainbowcake tanpa rasa manis?”

Nona : “tuan ini tidak sopan! Seharusnya kita ini berkenalan terlebih dahulu, jika tuan ingin bencengkrama apapun denganku maka barulah akan kupersilahkan”

Tuan : “maaf nona, baikklah perkenalkan nona saya Radit, sedangkan nona?”

Nona : “sebut saja aku ini Allsa tuan”

Radit : “oke, baiklah Allsa apakah boleh kau jawab pertanyaanku tadi?”

Allsa : “pesanan tanpa rasa manis itu?”

Radit :  “iya Allssa”

Allsa : “ha..ha..ha apakah tuan ini sadar apa yang telah tuan ucapkan tadi?”

Radit : “yaa, aku sadar. Coba nona lirik ke arah timur, barat, utaramu itu mereka semua pengaggum rasa manis, lihat di meja ini, macaroon ini, hot chocholate ini ditaburi dengan rasa manis. Dan nona sendiri disini yang membenci rasa manis, kenapa nona? Aku hanya ingin tahu alasanmu”

Awan pun semakin menampakan diri dengan sisi gulitanya, detik jam dinding semakin berjalan dengan cepat, waktu tak terasa berdetak begitu cepat. Allsa mulai gugup dan melirik jam ditangannya.

Allsa : “maaf tuan kian malam semakin larut, aku harus meninggalkan tempat ini, terimakasih atas suguhan kursinya tuan, permisi”

Aaaaah! Tidaaak! Aku tidak mendapatkan jawaban itu lagi sudahlah mungkin esok aku akan bertemu dengannya lagi di toko kue ini.



***

            Pagi ini awan tampak ceria, mataharipun mulai menampakkan dirinya dengan tersipu malu, tapi masih tersisanya butiran-butiran air pada dedaunan dipepohonan akibat tangis amarah awan semalam. Aku langsung memakai sepatuku untuk lari pagi ditaman kota.

            Matahari semakin memperlihakan dirinya, cahayanya semakin menusuk kedua matakku, aku segera bergegas pulang meninggalkan taman kota, tapi...... “bruuughh”. Seorang wanita menabrak bahuku, wanita itu terjatuh dengan beberapa kantung tas belanjaannya yang berserakan ditanah.


“hey nona, apa kau baik-baik saja”

“maaf tuan, aku tidak sengaja, jalanan itu begitu licin” jawab nona itu dan ia menoleh kearahku dan tersenyum

Oh tidaaak... aku mengenali wajah itu, wajah nona yang semalam duduk dikursiku

Radit: “kau nona Alssa?”

Alssa : “ah tuan kau lagi” iapun mulai berdiri dan merapihkan belanjaannya

Alssa : “ah, kakikkuu” lirihnya

Radit : “kenapa dengan kakimu nona?”

Alssa : “sepertinya kakiku terbentur batu tuan”

Radit : “apa boleh ku bantu?” tanyaku sambil membungkukan badan

Alssa : “ya, boleh tuan” jawab nona itu sambil tersenyum

Radit : “kau membawa barang sebanyak ini? Apakah jarak rumahmu masih jauh nona?”

Alssa : “tidak terlalu tuan” iapun berdiri dengan lirih

Radit : “apa boleh kubantu, mungkin aku bisa membawakan barang ini sampai depan rumahmu?”

Alssa : “terimakasih tuan aku jadi merepotkanmu”

Radit : “tidak apa-apa aku hanya memastikan nona baik-baik saja hingga nona sampai tujuan”

Kami berjalan tanpa berbincang apapun sampai akhirnya tiba didepan rumah Alssa

Radit : “ini belanjaanmu nona, lain kali lebih berhati-hati lagi”

Alssa : “terimakasih banyak tuan”

Radit : “baiklah, aku pamit nona”

Alssa: “tunggu tuan, duduklah aku akan membawakanmu secangkir Cappucino”

Radit: “baiklah nona, terimakasih”

            Iapun datang dengan membawa genggaman cangkir ditangannya.

Alssa : “ini tuan, diminumlah..” menaruh minuman diatas meja

Radit : “terimakasih nona, apakah cappucinoku  tanpa rasa manis?”

Alssa : “ha..ha..ha.. tidak tuan, khusus untukmu kutaburkan perasa manis didalam cappucinomu”

Radit : “Terimakasih nona, apakah kakimu masih terasa sakit?”

Alssa : “tidak tuan, rasanya sudah baikkan”

Alssa : “tuan...” lirih alssa

Radit : “iyaa, ada apa nona?, apa ada yang bisaku bantu?”

Alssa : “apakah kau masih membutuhkan jawaban atas dasar aku membenci sebuah rasa manis?”

Radit : “yaa nonaa, aku selalu bertanya-tanya pada diriku, tapi aku tidaklah mendapatkan jawabannya, karena hanya dirimulah nona, yang mengetahui jawaban itu. Aku hanya penasaran apa alasanmu membeci sebuah rasa manis? Apakah nona bersedia memberikan jawaban itu?”

Alssa : “jangan kau tanyakan soal alasan tuan, tapi ketahuilah apa yang menjadi sebab. Sebab dari bencinya aku terhadap rasa manis”

Radit: “yaa itu, apa sebabnya kamu membenci rasa manis?”

Alssa : “ kala itu, aku adalah penikmat rasa manis, kala itu aku pernah dibuat tersenyum bahagia oleh rasa manis, sampai aku terbuai oleh sebuah rasa manis, pada akhirnya aku tersedak rasa manis yang sudah aku telan dan aku terjatuh ketempat yang amat sangat aku benci yaitu tempat yang gelap gulita. Dahulu ada seorang pria wajahnya tampak amat sangat manis, ia selalu membawa segudang kata-kata manis dan membawakanku Mirror Glaze Cake, cake favoriteku kala itu, aku suka, rasanya manis sekali. Saat aku sedang menyantap cake favoriteku pria itu berucap “Alssa, maaf aku tidak bisa melanjutkan hidupku denganmu” setelah mendengar kalimat itu rasanya badanku bagaikan tersambar derasannya deburan ombak, langit yang membiru sedari tadi berubah menjadi kelabu, angin bergemuruh dengan hebatnya, suara petir mulai berlantunan, mengisyaratkan bahwa alam semestapun nampak kecewa kala itu. Aku sudah tidak bisa bernegosiasi dengan diriku lagi hingga akhirnya aku terjatuh pingsan ditempat itu, rasanya gelap, gelap sekali. Aku benci.”




Komentar

  1. Kenapa harus rainbow cake bukan crepes sma jus mangga😗

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus

Posting Komentar